DETEKSI HIPOGLIKEMIA OLEH ANAK-ANAK DENGAN DIABETES TIPE 1 USIA ANTARA 6-11 TAHUN DAN ORANG TUA MEREKA ; SEBUAH PENELITIAN LAPANGAN
ABSTRAK
Tujuan : tujuan dari penelitian ini adalah (1) menilai akurasi deteksi hipoglikemia oleh anak dengan diabetes tipe 1 dan orang tua mereka dengan menggunakan tekhnologi personal data assistant untuk mengumpulkan perkiraan glukosa dan pengukuran glukosa (2) meneliti prediktor demografis, klinis, dan dan psikologis pada individu dengan perbedaan pada akurasi deteksi hipoglikemia (3) uji apakah buruknya deteksi hipoglikemia merupakan faktor resiko untuk hipoglikemia berat pada anak-anak.
Metode : 61 anak-anak dengan umur 6 sampai 11 tahun dan orang tua mereka menyelesaikan 70 percobaan, selama 1 bulan, pengawasan terprogram dengan PDA (personal data assistant) yang akan meminta mereka untuk menilai adanya gejala, memperkirakan kadar glukosa darah saat itu, dan kemudian mengukur kadar glukosa darah saat itu. Dalam 6 bulan berikutnya, orang tua melaporkan episode hipoglikemia berat tiap 2 bulan.
Hasil : baik orang tua dan anak-anak menunjukkan kemampuan yang rendah dalam mengenali kadar glukosa darah yang tinggi atau rendah, sehingga terjadi kesalahan bermakna dari perkiraan klinis sama banyak dengan perkiraan klinis secara tepat. Orang tua gagal mengenali >50% pembacaan kadar glukosa < 3 mmol/L (<55 mg/dL) dan membuat kesalahan berbahaya seperti percaya bahwa kadar glukosa darah tinggi walaupun ternyata rendah yang terjadi sebanyak 17%. Anak-anak secara bermakna lebih tepat dalam mengenali hipoglikemia mereka, tapi masih gagal mendeteksi >40% kejadian. Nilai depresi yang tinggi pada anak-anak berhubungan dengan rendahnya akurasi perkiraan hipoglikemia. Anak-anak yang kurang tepat dalam menilai hipoglikemia selanjutnya mengalami hipoglikemia yang lebih berat.
Kesimpulan : kemampuan dalam mengenali hipoglikemia merupakan masalah yang bermakna pada anak-anak dengan diabetes tipe 1 dan orang tua mereka. Untuk anak, buruknya kemampuan untuk mendeteksi kadar glukosa darah yang rendah mungkin merupakan faktor resiko yang bermakna dan kurang diperhatikan untuk terjadinya hipoglikemia yang berat. Beberapa usaha diperlukan untuk menyediakan pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan deteksi hipoglikemia pada populasi ini.
kata kunci : diabetes tipe 1 anak-anak, deteksi hipoglikemia
DETEKSI HIPOGLIKEMIA OLEH ANAK-ANAK DENGAN DIABETES TIPE 1 USIA ANTARA 6-11 TAHUN DAN ORANG TUA MEREKA ; SEBUAH PENELITIAN LAPANGAN
Walaupun kemajuan teknologi dalam memantau kadar glukosa, pasien dengan diabetes tipe 1 kadang-kadang masih bergantung pada kemampuan untuk menilai dan mengenali gejala subyektif dan tanda lain hipoglikemia untuk penatalaksaan pada waktu itu. Kegagalan mengenali tanda peringatan awal dari kadar glukosa darah yang rendah dan dengan segera melakukan koreksi adalah faktor utama timbulnya hipoglikemia berat dan berbagai macam akibat negatifnya, termasuk disorientasi mental, tidak sadar, kejang, kecelakaan, dan cedera fisik. Sebagian besar penelitian telah meneliti deteksi kadar glukosa darah, yaitu akurasi nilai kadar glukosa.1-10 Misalnya penelitian pada orang dewasa dengan diabetes tipe 1 ditemukan bahwa perkiraan kadar glukosa darah secara klinis adalah tepat, dengan rata-rata 40%-50%1-3, walaupun demikian, ketika pengenalan hipoglikemia diteliti secara lebih spesifik, orang dewasa biasanya gagal untuk mengenali sampai 50% dari kejadian hipoglikemia mereka1,3-5. Remaja dengan diabetes tipe 1 menunjukkan kemampuan yang buruk daripada orang dewasa dalam ketepatan secara keseluruhan, dengan ketepatan klinis berkisar antara 33% sampai 37%(6-10. Sedikit penelitian pada populasi anak-anak dengan fokus pada deteksi hipoglikemia, tapi satu penelitian dengan pasien di rumah sakit menemukan bahwa 28% dari remaja dan dewasa muda dengan tepat mengenali keadaan hipoglikemia ringan, setelah diberitahu bahwa kadar glukosa darah mereka mungkin direndahkan dengan eksperimental.11
Walaupun menjadi masalah pada orang dewasa dan remaja, deteksi hipoglikemia mungkin menawarkan tantangan lebih besar dalam terapi dari anak dengan diabetes tipe 1. Terapi dan pencegahan hipoglikemia berat di sini tidak hanya bergantung pada kemampuan anak untuk mengenali gejala awal, tapi juga tergantung kepada kemampuan orang tua untuk mengenali tanda peringatan. Walaupun secara klinis penting, deteksi hipoglikemia pada anak dengan diabetes dan orang tua mereka hanya mendapat sedikit perhatian keilmuan. Satu penghalang besar adalah ketidakmauan untuk menginduksi hipoglikemia secara eksperimental pada anak. Pendekatan lain dilakukan dengan menggunakan pasien di luar rumah sakit atau metode lapangan dengan keuntungan terjadinya hipoglikemia adalah alami. Dengan menggunakan metode ini, penelitian sebelumnya meneliti keseluruhan ketepatan dari deteksi glukosa darah oleh anak dengan dibetes tipe 1 (usia kurang dari 12 tahun) dan orang tua mereka.12 Orang tua membuat perkiraan klinis secara tepat sebanyak 36% kali, sedangkan anak secara tepat memperkirakan kadar glukosa darahnya sebanyak 28,5% kali. Baik orang tua dan anak membuat kesalahan klinis secara bermakna sama banyak dengan perkiraan klinis yang tepat. Seperti remaja dan orang dewasa, kesalahan terbanyak yang dibuat oleh orang tua dan anak adalah gagal untuk mendeteksi kadar glukosa darah dengan ekstrim (misalnya percaya bahwa kadar glukosa dalam target ketika itu tidak). Walaupun demikian, perkiraan dari anak dan orang tua juga termasuk kesalahan klinis yang serius, di mana jarang terjadi pada pasien yang lebih tua. Perkiraan dari kadar glukosa darah adalah tinggi ketika kenyataannya rendah.
Walaupun penelitian tersebut menyarankan bahwa mengenali hipoglikemia mungkin merupakan masalah utama untuk anak dengan diabetes tipe 1 dan kedua orang tuanya, terdapat juga beberapa keterbatasan metodologi. Hanya dalam jumlah sedikit keluarga yang ikut dalam penelitian ini (19 orang tua dan 12 anak-anak), masing-masing menyelesaikan hanya 50 kali perkiraan dan pemeriksaan glukosa darah secara bersama-sama. Hanya 10% dari pemeriksaan glukosa darah <3,9 mmol/L, sehingga terjadi kesukaran dalam mengetahui deteksi hipoglikemia secara dalam. Dan juga keluarga menggunakan kertas untuk menyimpan data, yang tidak menyediakan adanya validitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan deteksi hipoglikemia pada anak usia sekolah dan orang tua mereka, dengan menggunakan prosedur pengumpulan data yang lebih reliable di mana perkiraan glukosa dimasukkan ke dalam PDA yang terhubung dengan alat pengukur glukosa darah yang mengukur dan menyimpan pada waktu yang bersamaan. Dan juga, sejumlah besar keluarga dilibatkan dengan waktu yang lebih panjang untuk lebih banyak mendapatkan keadaan hipoglikemia. Data besar ini juga digunakan menyelidiki keadaan demografi, klinis, dan faktor psikologis yang berhubungan dengan perbedaan individu dalam ketepatan perkiraan glukosa darah untuk anak dan orang tua. penelitian sebelumnya meliputi semua kelompok umur telah menemukan adanya perbedaan yang besar dalam individu dalam kemampuan untuk memperkirakan kadar glukosa darah11-12. Dan berusaha mengenali prediktor dalam ketepatan perkiraan kadar glukosa darah pada individu. Variabel seperti jenis kelamin, umur, jangka waktu menderita diabetes, kontrol metabolis, dan kecemasan telah di periksa tapi dengan hasil yang beragam6-13. Akhirnya penelitian ini juga meneliti kesimpulan klinis deteksi hipoglikemia pada populasi ini, dengan menguji apakah risiko menjadi hipoglikemia berat lebih tinggi ketika anak dengan diabetes tipe 1 dan orang tua mereka mempunyai kemampuan yang buruk dalam mengenali keadaan hipoglikemia.
METODE
Peserta
Keluarga diperoleh melalui klinik endokrin anak di the University of Virginia dan di the Joslin Diabetes Center, iklan, dan parent support groups. Kriteria inklusi pada anak meliputi umur 6-11 tahun, setidaknya 1 tahun setelah diagnosis, kemampuan untuk membaca dan melengkapi kuesioner, dan kemampuan untuk menggunakan PDA. Kriteria eksklusinya adalah gangguan perkembangan dan penyakit komorbid yang akan mempengaruhi penyelesaian penelitian atau persepsi gejala (misalnya retardasi mental, asma yang tidak terkontrol). Ketika 2 orang tua tinggal di rumah, salah satu yang bertanggung jawab pada manajemen penyakit diabetes anaknya yang diminta berpatisipasi.
Keluarga yang terpilih menghadiri rapat orientasi oleh dewan peninjau, menerima pemberitahuan informed consent. Jumlah seluruhnya ada 77 keluarga yang terlibat dalam penelitian, dan 66 menyelesaikan penelitian, dengan 11 keluarga mundur karena relokasi, tekanan keluarga, dan ketidakinginan untuk melanjutkan penelitian. Untuk 2 keluarga, data PDA hilang karena kerusakan komputer, dan 3 keluarga kehilangan data sehingga dikeluarkan dari analisis data. Sampel akhir adalah 61 keluarga (University of Virginia: n = 31; Joslin: n = 30). Oang tua dibayar $70 dan anak $35 untuk boneka atas partisipasi mereka.
Ada 31 anak perempuan dan 30 anak laki-laki, 25 anak berusia antara 6 sampai 8 tahun, dan 36 usia antara 9 sampai 11, dengan rata-rata usia 8,83 (SD : 1,6). Rata-rata waktu menderita diabetes adalah 4,7 tahun (SD:2,6), dan 18 anak menggunakan insulin pump. Nilai Hemoglobin A1c (HbA1c) antara 6,7% sampai dengan 10,4% (mean: 7.9%; SD: 0.68%). Total ada 48 ibu dan 13 ayah ikut dalam penelitian. Hampir semua keluarga adalah kulit putih (95%) dan sebagian besar orang tua mempunyai pendidikan universitas (mean tahun sekolah 15,8; SD:2,6). Walaupun bukan kriteria inklusi, semua keluarga mempunyai akses email, yang digunakan untuk pengumpulan data. Orang tua mempunyai pilihan lain untuk menerima panggilan telepon terkomputerisasi untuk pengumpulan data, tapi tidak ada yang memilih hal tersebut.
Alat ukur
Kuesioner
Anak melengkapi Diabetes Knowledge Scale (DKS), the State-Trait Anxiety Scale,14 dan the Children's Depression Inventory15. Orang tua melengkapi DKS, the Beck Depression Inventory,16 dan the State-Trait Personality Inventory17. 40 lembar DKS orang tua telah dikembangakan di universitas Virgiana untuk digunakan pada penelitian sebelumnya tentang orang dewasa dengan diabetes tipe 1 dan menunjukkan sensitifitas untuk perubahan pengetahuan akibat intervensi tingkah laku seperti blood glucose awareness training (BGAT).4,5
PDA survey.
Untuk tiap keluarga disediakan visor PDA, yang dihubungkan dengan Freestyle Tracker BG monitoring system untuk mengumpulkan, menandai waktu, dan menyimpan hasil pemeriksaan glukosa (Abbot Diabetes Care, Abbott Labs, Alameda, CA) dan diprogram dengan penjelasan singkat tentang survey. Para keluarga diminta melengkapi 3-5 percobaan dengan PDA setiap harinya sampai dengan menyelesaikan 70 percobaan selama 1 bulan. Pada awal tiap-tiap percobaan, orang tua mengukur derajat ketika anak mereka mengalami 14 gejala dengan skala dari 0 sampai 6 (0=tidak ada semua, 6=sangat). Hanya gejala yang dapat dilihat oleh orang tua termasuk perubahan pada tingkah laku dan perasaan/mood. Orang tua kemudian memperkirakan kadar glukosa pada anak mereka saat itu dan mengukur derajat kepercayaan mereka tentang perkiraan skala dari 0 sampai 6. Orang tua diminta untuk tidak memberitahukan perkiraan mereka kepada anak mereka, atau bertanya pada anak mereka tentang gejala yang dialaminya. Kemudian anak mengukur apa yang mereka alami dari 14 gejala pada skala visual analog dari 0 sampai 6, memperkirakan kadar glukosa darah mereka sekarang, dan mengukur kepercayaan diri mereka pada perkiraan ini (misalnya yakinkah kamu?). Setelah anak dan orang tua menyelesaikan tiap survey, kadar glukosa darah diukur. DKS anak dikembangkan untuk kepentingan klinik di the Center for Diabetes, Endocrinology and Metabolism at the Childrens Hospital Los Angeles.
Prosedur
Setelah orientasi dan pemberian informasi, orang tua dan anak diberi Visor computers dan the Freestyle BG meters yang dilengkapi instruksi penggunaannya. Keluarga juga diberi kuesioner, yang akan dilengkapi di rumah, dan amplop berstempel untuk surat menyurat. Orang tua diminta untuk tidak membantu anak mereka melengkapi kuesioner, akan tetapi membantu ketika anak tidak bisa membaca atau memahami pertanyaan. Setelah menjalani 70 percobaan dengan PDA, peralatan tempat sampel darah dikirimkan kepada orang tua, yang memperoleh darah dari anak mereka, dan mengirimkannya ke University of Virginia Clinical Laboratories untuk analisis HbA1c. orang tua tersebut kemudian masuk fase follow up hipoglikemia berat dari penelitian prospektif ini. Setiap 2 minggu dari 6 bulan ke depan, orang tua meneima kuesioner berupa email, di dalamnya terdapat pertanyaan, “selama 2 minggu terakhir, berapa kali anak kadar glukosa darah anak anda terlalu rendah sehingga dia tidak bisa merawat diri sendiri karena stupor atau tidak sadar atau terjadi kejang?” ketika orang tua menjawab ya untuk pertanyaan ini, pertanyaan lain mengenai waktu dari keadaan hipoglikemia berat. Dari 61 orang tua, 53 mampu menyelesaikan penelitian 6 bulan ini.
Analisis data
Error-grid analysis (EGA) digunakan untuk mengukur ketepatan dari perkiraan kadar glukosa darah. Error grid seperti pada gambar di atas didesain untuk mengukur ketepatan perkiraan kadar glukosa darah yang dibuat oleh orang tua, juga digunakan secara luas dan sebagai tekhnik standar dalam menilai ketepatan perkiraan kadar glukosa darah, seperti glucose meters dan alat pengukuran glukosa lainnya, termasuk continuous glucose sensors. Pada penelitian ini, pembagian EGA dilakukan (1) meliputi semua rentang glukosa dan (2) untuk keadaan hipoglikemia1,2. untuk masimg-masing orang tua dan anaknya, persentase dari perkiraan terdapat pada zona A pada error grid, atau secara klinis perkiraan tepat, dimasukkan ke dalam komputer. Secara klinis, perkiraan tepat adalah 20% dari pembacaan glukosa darah saat itu, atau terjadi ketika perkiraan dan nilai sebenarnya dari kadar glukosa darah < 3,9 mmol/L. Persentase dari perkiraan yang jatuh pada zona error grid C, D, dan E menunjukkan terjadi kesalahan klinis yang signifikan, juga dimasukkan dalam computer. Zona C terjadi ketika mengira kadar glukosa darah perlu dilakukan koreksi (misalnya terlalu rendah, atau terlalu tinggi) ketika seharusnya tidak. Zona D ketika gagal memperkirakan untuk mengenali keadaan hipo atau hiperglikemia. Zona E terjadi ketika kadar glukosa darah saat itu rendah, tapi perkiraan kadar glukosa darah adalah tinggi.
Sebagai tambahan, persentase perkiraan yang jatuh pada masing-masing zona EGA, dirangkum sebagai indeks akurasi (AI) dihitung dengan mengurangi persentase perkiraan yang tepat secara klinis, dengan persentase yang salah secara klinis1. Dengan demikinan, nilai positif yang lebih tinggi secara relatif menunjukkan perkiraan klinis yang lebih akurat, dimana nilai negatif yang lebih tinggi secara relatif menunjukkan lebih banyak terjadi kesalahan klinis yang bermakna. Untuk masing-masing anak dan orang tua, pembagian nilai AI dihitung meliputi semua pembacaan kadar glukosa darah (overall AI) dan untuk pembacaan kadar glukosa darah < 3 mmol/L (<55 mg/dL) untuk meyakinkan bahwa pengukuran ini mencerminkan deteksi hipoglikemia sedang, yang harusnya lebih nampak gejalanya secara klinis. Dengan demikian, nilai AI hipoglikemia dihitung hanya untuk anak dengan pembacaan kadar glukosa darah < 3 mmol/L selama 70 percobaan (n=35). Sebagai catatan, tingkatan gejala dianalisis untuk menghitung jumlah dari gejala yang berhubungan secara bermakna dengan kadar glukosa darah yang rendah. Untuk masing-masing orang tua dan anaknya, sebuah variabel yang akan digunakan untuk regresi selanjutnya. Tekhnik statistik untuk mengenali gejala yang bermakna dari data PDA dijelaskan secara lengkap pada penelitian sebelumnya. 18
HASIL
Hasil EGA
Pada table 1 menunjukkan hasil EGA untuk seluruh perkiraan pada semua kadar glukosa darah, perkiraan hipoglikemia ketika kadar glukosa darah < 3 mmol/L. Baik orang tua dan anak membuat perkiraan klinis yang tepat (zona A) kurang dari 1/3, dan membuat kesalahan klinis yang bermakna sebanyak 23% dan 27%. Nilai AI dihitung untuk keseluruhan dan akurasi hipoglikemia pada anak orang tua dan anaknya. Rata-rata nilai AI keseluruhan adalah 0,7 (SD : 1,6) untuk orang tua dan 0,1 (SD : 1,7) untuk anak, menunjukkan bahwa orang tua membuat kesalahan klinis yang bermakna sebanyak perkiraan klinis yang tepat. Sebanyak 35 anak mengalami pengukuran kadar glukosa darah < 3 mmol/L (55 mg/dL) selama penelitian, dengan rata-rata 2,8 pengukuran (SD : 2,2). Rata-rata nilai AI hipoglikemia adalah -3,9 (SD : 7,9) untuk orang tua dan -0,6 (SD : 8,5) untuk anak. Baik secara keseluruhan mapun nilai AI hipoglikemia antara orang tua dan anak terdapat hubungan (r = 0.41, P = .001; r = 0.59, P = .0001, secara berturut-turut). Walaupun demikian, nilai AI total untuk orang tua secara bermakna lebih tinggi (t = 3.79, P = .0004) daripada anak, di mana nilai AI hipoglikemia lebih tinggi pada anak (t = 3.0, P = .007). orang tua gagal mendeteksi 54% dari kadar glukosa darah < 3 mmol/L, sedangkan pada anak gagal mendeteksi sebanyak 41% (zona D). Orang tua dan anak juga membuat kesalahan pada zona E, yaitu mempercayai bahwa kadar glukosa darah adalah tinggi ketika sebenarnya rendah sebanyak 17% dan 11%. Nilai AI total secara bermakna lebih tinggi untuk orang yang lebih tua daripada anak-anak, tapi baik keduanya menunjukkan akurasi yang jelek secara keseluruhan, dengan mean 0,4 dan –0,5 (t = 2.14, P = .04). tidak ada perbedaan pada jumlah kesalahan klinis oleh orang lebih tua (25%) dan anak-anak (25%). Tidak ada perbedaan jenis kelamin pada AI total (0 untuk anak perempuan, dan 0,1 untuk anak laki-laki) atau pada AI hipoglikemia. Kecemasan orang tua tidak berhubungan dengan nilai AI, akan tetapi kecemasan anak menunjukkan hubungan positif dengan AI total (r = 0.31, P < .06). kepercayaan orang tua ataupun anak tidak berhubungan dengan nilai AI. Untuk menentukan apakah akurasi ditingkatkan dengan efek belajar, AI total pada 35 percobaan pertama dibandingkan dengan 35 percobaan terakhir. Untuk orang tua, tidak ada perbedaan pada sepanjang waktu, sedangkan pada anak menunjukkan AI yang lebih rendah selama percobaan terakhir (t = 2.1, P = .044).
Prediksi akurasi
Tabel 2 menunjukkan hasil dari penelitian untuk mengenali prediktor akurasi yang bermakna untuk nilai AI total (n = 61) dan nilai AI hipoglikemia (n = 35). Untuk orang tua, hanya 1 variabel kadar glukosa darah yang lebih tinggi secara negatif berhubungan kepada nilai AI total (P < .01), menghitung 19% varian. Untuk anak, variabilitas kadar glukosa darah yang lebih tinggi berhubungan secara negative dengan nilai AI total (P < .01), di mana umur berhubungan secara positif dengan akurasi (P < .01). bersama-sama, variable-variabel ini terhitung 46% dari varian pada nilai AI total anak. Untuk orang tua, nilai AI hipoglikemia, lama waktu diabetes, jumlah gejala yang rendah (P < .05) berhubungan secara positif dengan akurasi, bersama-sama terhitung 30% varian. Untuk anak, tidak ada satupun variable yang diujikan memprediksi AI hipoglikemia.
Deteksi hipoglikemia dan hipoglikemia berat pada masa datang
Setidaknya 1 episode hipoglekemia berat dilaporkan pada 13 dari 53 anak dengan orang tua yang menyelesaikan penelitian prospektif 6 bulan. Uji A t menunjukkan bahwa nilai AI hipoglikemia untuk anak yang mengalami hipoglikemia berat (mean: –0.79; SD: –0.39) secara bermakna lebih rendah daripada anak yang tidak mengalami hipoglikemia berat (mean: 0.20; SD: 0.81), menunjukkan akurasi yang lebih rendah (t = 4.4, P < .0001). nilai AI hipoglikemia tidak berbeda antara orang tua dengan anak yang mengalami atau tidak mengalami hipoglikemia berat.
Regresi bertingkat dilakukan untuk menguji beberapa prediktor yang mungkin dalam perbedaan akurasi masing-masing individu. Variabel prediktor dipilih berdasarkan penemuan penelitian sebelumnya (misalnya umur, variabilitas kadar glukosa darah, kepribadian cemas) dan berdasarkan teori (misalnya jumlah gejala hipoglikemia, pengetahuan diabetes, depresi). Variabel-variabel tersebut dikelompokkan dalam 3 tahap : variabel klinis dan demografi dikelompokkan dalam tahap pertama (umur, lama diabetes, variabilitas glukosa darah, dan HbA1c), variabel kognitif spesifik diabetes dalam tahap kedua (pengetahuan tentang diabetes dan jumlah gejala yang bermakna), dan variabel status psikologis dalam tahap ketiga (kepribadian cemas dan nilai depresi). Regresi terpisah dilakukan pada orang tua dan anak untuk memperkirakan nilai AI total dan AI hipoglikemia. Untuk menguji hipotesis bahwa orang tua dan anak dengan akurasi yang lebih rendah akan mengalami lebih banyak episode hipoglikemia berat selama foolow up 6 bula, uji T untuk membandingkan nilai AI hipoglikemia pada keluarga yang mengalami dan yang tidak mengalami hipoglikemia berat selama periode tersebut.
DISKUSI
Penelitian ini menemukan bahwa anak dengan diabetes tipe 1 dan orang tua mereka kurang akurat dalam deteksi kadar glukosa darah secara keseluruhan daripada orang dewasa dengan diabetes tipe 1. 12. walaupun orang tua secara statistik lebih akurat dalam deteksi kadar glukosa darah daripada anak, baik keduanya nilai AI rata-rata <1,0, menunjukkan tidak ada arti klinis dalma perbedaan akurasi. Pada keadaan hipoglikemia, orang tua gagal mendeteksi >50% hipoglikemia pada anak mereka. Menunjukkan bahwa kadang mereka melalaikan gejala dan tanda lain dari kadar glukosa yang rendah. Walaupun anak secara bermakna lebih akurat dalam mengenali keadaan hipoglikemia, mereka masih gagal untuk mendeteksi 41% episode. Orang tua dan anak juga membuat zona E errors dalam mengenali hipoglikemia yang jarang terjadi pada orang dewasa dengan diabetes tipe 1 dan hal tersebut bisa mengakibatkan keadaan klinis yang berbahaya. Misalnya jika keadaan yang rendah dari kadar glukosa darah salah dianggap hiperglikemia, kemudian terjadi kesalahan terapi seperti tidak makan ketika kadar glukosa darah perlu dinaikkan. Sebagai catatan, kegagalan mengenali hipoglikemia terjadi di bawah kondisi yang dianggap akan meningkatkan akurasi, oleh karena itu, ketika orang tua akan menilai kadar glukosa darah, perhatikan gejala dan tanda lain dari kadar glukosa ekstrim, dan dan memotivasi agar lebih akurat.
Orang tua kurang akurat dalam menilai hipoglikemia daripada anak mereka. Keadaan ini menunjukkan bahwa orang tua menghadapi tugas berat : mengawasi anak mereka untuk tanda peringatan ketika mereka tidak bisa menilai gejala subyektif dan harus bergantung pada tanda seperti perubahan kulit atau tingkah laku atau laporan dari anaknya. Sebagai tamabahan, kepercayaan dalam memperkirakan tidak berhubungan dengan akurasi baik pada anak ataupun orang tua, menunjukkan bahwa kemampuan untuk mendeteksi hipoglikemia tidak dapat selalu diandalkan. 1,12. juga tidak ada bukti bahwa belajar atau peningkatan dari kemampuan mendeteksi kadar glukosa darah untuk orang tua dan anak.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa akurasi tidak ditingkatkan dengan perkiraan berulang, tapi membutuhkan umpan balik sistematik dan latihan khusus1,19 Bersama-sama, hasil penelitian regresi menunjukkan bahwa kemampuan untuk memperkirakan kadar glukosa darah adalah komplek dan multifaktorial, mungkin dipengaruhi oleh sejumlah variable yang berbeda. Untuk akurasi total, variabilitas kadar glukosa darah merupakan satu-satunya variable yang bisa memperkirakan nilai AI baik untuk orang tua maupun anak. Dari penelitian sebelumnya menemukan bahwa kadar glukosa yang sering berfluktuasi berperan pada deteksi yang buruk7, 12, 13. Untuk anak, pertambahan umur juga berhubungan dengan akurasi total yang lebih tinggi, akan tetapi lama waktu diabetes tidak ada hubungannya, menunjukkan bahwa kemajuan perkembangan kognitif lebih berpengaruh pada deteksi kadar glukosa darah daripada waktu yang lebih lama anak menderita diabetes. Walaupun demikian, rata-rata nilai AI total untuk anak yang lebih muda maupun lebih tua mendekati 0, dan tidak terdapat perbedaan umur pada nilai AI hipoglikemia. Sehingga makna klinis dari umur pada anak remaja mungkin minimal. Yang mengejutkan, depresi diramalkan akan membuat akurasi yang buruk untuk anak, sedangkan kecemasan tidak 10,11. akibat dari depresi pada deteksi kadar glukosa darah belum pernah diteliti pada penelitian sebelumnya. Depresi mungkin akan menyebabkan penurunan dari perhatian terhadap tanda somatic atau menyebabkan gejala fisik lain yang akmempengaruhi kemampuan anak dalam mendeteksi perubahan kadar glukosa darah.atau mempengaruhi proses kognitif yang berperan dalam mengenali dan menginterprestasi gejala.
Untuk orang tua, kemampuan untuk mengenali hipoglikemia diperkirakan dari jumlah gejala kadar glukosa darah yang bermakna yang mereka amati, dan sama juga dengan lama waktu anak mereka menderita diabetes. Oleh karena itu, tidak mengejutkan, bahwa orang tua yang lebih waspada terhadap tanda kadar glukosa darah yang rendah pada anak mereka atau anak yang lebih tampak gejalanya menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam mengenali hipoglikemi, sama dengan anak yang lebih lama menderita diabetes dan mungkin dengan episode hipoglikemia. Untuk anak, tidak ada satu pun variable yang diujikan meramalkan deteksi hipoglikemia., termasuk jumlah gejala bermakna dari kadar glukosa darah yang rendah. Walaupun demikian, hal ini menunjukkan bahwa tidak perlu menyarankan gejala tidak berperan penting pada kesadaran anak yang hipoglikemia. Penelitian ini adalah yang pertama mencoba bahwa kita mengukur gejala glukosa darah yang dirasakan pada anak-anak dengan menggunakan visual analog scale. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui kemampuan anak-anak dalam mengenali gejala kadar glukosa darah rendah yang lebih akurat, sama dengan metode terbaik untuk menilai perepsi gejala pada anak-anak.
Penelitian ini juga menyelidiki pertanyaan apakah kemampuan untuk mengenali hipoglikemia, seperti yang diukur di lapangan, sebagai factor resiko terjadinya hipoglikemia berat pada anak-anak. Orang tua dengan anak mengalami hipoglikemia berta selama 6 bulan masa penelitian tidak berbeda dalam akurasi dengan orang tua dengan anak yang tidak pernah mengalami episode hipoglikemia berat. Walaupun demikian, anak yang mengalami hipoglikemia berat selama 6 bulan selanjutnya secara bermakna mempunyai nilai AI hipoglikemia yang lebih rendah daripada anak yang tidak pernah mengalami episode hipoglikemia berat. Walaupun hal ini menunjukkan bahwa masalah dalam kemampuan untuk mengenali hipoglikemia mempunyaipengertian klinis yang penting bagi anak, penelitian lebih jauh lagi jelas diperlukan.
Berbagai keterbatasan metodelogi pada penelitian ini harus dipertimbangkan ketika menginterprestasikan hasil dari penelitian. Walaupun lebih banyak keluarga dan juga waktu yang lebih lama dalam perkiraan kadar glukosa darah daripada penelitian sebelumnya, 12 jumlah sample untuk peserta dan pengukuran kadar glukosa darah masih menjadi masalah. Hanya 58% dari anak yang mengalami kadar glukosa darah < 3 mmol/L selama penelitian, dan kurang lebihsepertiga dari anak tersebut hanya mengalami 1 episode. Penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan pengamatan untuk jangka waktu yang lebih lama untuk lebih banyak mendapat episode dengan kadar glukosa darah yang randah dan mendapatkan penilaian deteksi hipoglikemia yang lebih bisa diandalkan. Dan juga, hanya sejumlah kecil dari anak dalam penelitian ini mengalami hipoglikemia berat selama 6 bulan. Karena jumlah sample, analisis regresi untukmemperkirakan akurai dari deteksi kadar glukosa darah juga kurang kuat. Akhirnya kerugian dari metode lapangan adalah ketidakmampuan untuk mengukur variable biologis kritis, seperti respon efinefrin dalam penurunan kadar glukosa darah, yang tampaknya berperan dalam perbedaan akurasi antar individu. Kerugian lain adalah ketidakmampuan untuk mengontrol apakah orang tua dan anak terpengaruh masing-masing laporan gejala lain dan perkiraan kadar glukosa darah.
Walaupun dengan berbagai keterbatasan ini, penelitian ini memperkuat pendapat banyak klinisi yang percaya bahwa deteksi hipoglikemia perupakan masalah bermakna untuk anak muda dengan diabetes tipe 1 dan orang tua mereka. Penelitian ini juaga menyediakan bukti, untuk anak, deteksi hipoglikemia yang buruk merupakan factor resiko yang kurang dianggap untuk terjadinya hipoglikemia berat. Oleh karena itu perlu lebih banyak usaha yang diperlukan untuk secara langsung melakukan pendidikan dan latihan bagi orang tua dan anak untuk mengenali tanda awal dari hipoglikemia. Pengetahuan tidak memperkirakan akurasi baik pada orang tua maupun anak, menunjukkan bahwa pendidikan diabetes secara umum tidaklah cukup. Melainkan diperlukan intervensi untuk meningkatkan kesadaran dan pengenalan dari gejala, dan tanda lain yang berhubungan dengan hipoglikemia. Untuk orang dewasa dengan target intervensi, BGAT, menunjukkan peningkatak akurasi dari deteksi hipoglikemia, menurunkan fluktuasi ekstrim dari kadar glukosa darah, dan meningkatkan status psikososial1, 3-5. sebuah artikel yang merangkum hasil dari 15 penelitian di Amerika dan Eropa20. Penelitian kami adalah mengubah BGAT menjadi program latihan bagi orang tua dan anak dengan diabetes tipe 1. orang tua berperan penting dalam mengajar anak mereka tentang kemempuan manajemen diabetes, termasuk mengenali hipoglikemia. Menyediakan orang tua dengan lebih banyak latihan dalam mengenali dan memperkirakan hipoglikemia mungkin tidak hanya meningkatkan akurasi mereka, tetapi juga membantu mereka dalam mengajar anak mereka kemampuan penting ini.
DETEKSI HIPOGLIKEMIA OLEH ANAK-ANAK DENGAN DIABETES TIPE 1 USIA ANTARA 6-11 TAHUN DAN ORANG TUA MEREKA ; SEBUAH PENELITIAN LAPANGAN
Nurhasan, Minggu, 29 Maret 2009
Label:
Ilmu Kesehatan Anak
Langganan:
Postingan (Atom)